GUNUNG ABANG : GUNUNG MATI YANG EKSOTIS
Oktober 28, 2017
Apakah kalian sudah pernah mendengar nama gunung ini
sebelumnya? Gunung ini terletak tepat di
setelah Gunung Batur , Jika kalian pernah mendaki gunung Batur dan sampai ke
puncaknya pasti akan melihat gunung Abang yang hanya dibatasi oleh Danau Batur.
Selanjutnya soal namanya kenapa gunung ini beberapa orang menyebutnya gunung
mati mungkin karena gunung ini lebih condong mirip seperti bukit yang tinggi
menjulang dan juga tidak mempunya kawah yang dimiliki oleh gunung pada umumnya
seperti Gunung Batur dan Gunung Agung tapi hal ini tidak juga mengurangi
keindahan dari Gunung Abang ini .
Jadi Gunung Abang ini terletak kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli dengan ketinggian 2152 mdpl gunung ini adalah gunung tertinggi
ketiga di Bali setelah Gunung agung dan Gunung Batukaru. Nah kali ini saya akan
berbagi sedikit pengalaman agar yang membaca punya gambaran bagamaina keadaan
di gunung Abang dan tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai puncaknya.
JELAJAH GUNUNG ABANG
Saat mendekati daerah gunung Abang jalanan mulai berkelok
dan berkabut sehingga harus cukup berhati-hati untuk melewati jalan ini.
Pukul 2 waktu setempat kami tiba di pos pendakian Gunung
Abang dengan selamat. Pada saat itu udara di kaki Gunung abang mencapai 15
derajat itu cukup membuat seorang manusia yang hidup di daerah tropis jadi
menggigil. Saya menyarankan bagi kalian yang akan mendaki gunung ini
menggunakan pakaian yang bisa menghangatkan tubuh.
Setelah itu kami kembali memeriksa barang perlengkapan kami
untuk mendaki .Tidak lupa kami juga menyempatkan diri untuk sembahyang di Pura
yang ada disana agar selamat sampai dipuncak dan membeli beberapa cemilan di
warung yang ada agar bisa menambah tenaga saat melakukan pendakian. Setelah semuanya siap kami melakukan pendataan diri di pos
pendakian agar dianggap sebagai pendaki yang legal dan tidak dikenakan biaya apaun saat itu. Sekedar informasi saat itu
hanya ada 2 kelompok pendaki termasuk kami yang akan melakukan pendakian karena
mungkin saat itu masih sedikit yang mengetahui keberadaan gunung Abang.
Sekitar pukul 02.30 kami berangkat bersamaan dari pos pendakian gunung Abang dipandu oleh
warga setempat yang hanya menemani kami sampai di pos kedua. Di awal perjalanan
kami menyusuri jalan aspal dengan jurang yang berada di sebelah kirinya. 20
menit menyusuri jalan kami tiba di pos 2 yaitu sebuah pura dan kami melakukan
persembahyangan disana.
Dari pura itu kami melanjutkan perjalanan terus menyusuri
hutan yang ada disana dengan keadaan gelap gulita yang hanya diterangi oleh
senter yang kami gunakan . sekitar pukul 3 kami tiba di pura selanjutnya dan
seperti biasa kami melakukan persembahyangan kembali dan setelah itu kami
istirahat sebentar,serta memakan cemilan yang kami bawa untuk mengisi kembali
tenaga yang cukup terkuras.
Diperjalan yang mulai naik kami menemukan hambatan karena
saat itu baru habis hujan sehingga jalur pendakian menjadi sedikit licin .
Saran untuk kalian yang ingin mendaki ingat membawa tongkat atau semacamnya
untuk membantu kalian dalam keadaan seperti ini. Tapi kami terus melakukan
perjalanan dengan semangat menolakmenyerah kami mendaki dengan cara
berpengangan pada batu agar tidak terpeleset.
suasana menuju matahari terbit dari puncak gunung abang.
Akhirnya setelah 3 jam berlalu keringat , lelah dan tawa
kami sedikit lagi menuju puncak gunung abang. Perjalanan cukup melelahkan
karena seolah jalur pendakian ini membuat kami seperti memutari gunung sambil
mendaki juga.
Dengan melawan semua rasa lelah dan kaki yang sudah berat kami
tiba di puncak gunung abang. Dan pastinya kesan pertama saya saat mencapai
puncak adalah indahnya awan-awan yang seolah berada diatas saya dan Gunung Batur di sebelahnya terasa lebih pendek dari Puncak Gunung Abang.
pemandangan danau dan gunung batur dari gunung abang
Ditemani juga dengan kicauan burung dan matahari yang mulai menunjukan sinarnya dari ufuk timur, kami melihat betapa
indahnya karya Tuhan yang satu ini seperti lereng gunung dengan pohonnya yang
berwarna sedikit kekuningan dan juga gumpalan awan yang menyapa kami di pagi
itu.
Setelah itu kami beristirat sejenak kembali sambil makan dan
menikmati panorama gunung Abang yang sangat indah. Tentunya kami tidak lupa
untuk mengabadikan momen saat di puncak Gunung Abang kala itu. Di Puncaknya juga terdapat seperti gapura dari bata yang berdiri tegak dan setelah kita melewatinya kita juga akan melihat beberapa pelinggih(tempat agama hindu menghaturkan sesajen atau banten).
Setelah puas disana, kurang lebih jam 10 kami berbalik
menuruni gunung untuk pulang. Nah dalam perjalanan pulang ini kami sempat
beberapa kali terpelesat karena jalur pendakian yang sangat licin jadi sangat
dianjurkan untuk berhati-hati disini.
Akhirnya setelah perjalanan turun yang sedikit berbahaya pukul 12 waktu setempat kami tiba di parkiran dan bersiap pulang.
I walk slowly, but i never walk backwards. -Abraham Lincoln-
Sekian artikel kali ini semoga pengalaman saya tadi dapat bermanfaat bagi yang mungkin berminat mendaki atau melakukan kegiatan hiking dapat memberi gambaran seperti apa kegiatan tersebut.
4 komentar
So good👏
BalasHapusterimakasih sudah mampir
HapusMakasih info nya jack
BalasHapussama sama trimaksih sudah mampir
BalasHapus